December 23, 2024

PratamaSolution.Com

Smart IT Solutions

FORMULASI OBAT KUMUR GAMBIR DENGAN – Neliti

15 min read

by A Lukas · Cited by 8 — Pembuatan obat kumur gambir dilakukan dengan mencampurkan larutan gambir, larutan sorbitol, peppermint oil, minyak cengkeh, gum arab dan air.

190 KB – 10 Pages

PAGE – 1 ============
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir 67 FORMULASI OBAT KUMUR GAMBIR DENGAN TAMBAHAN PEPPERMINT DAN MINYAK CENGKEH FORMULATION MOUTHWASH GAMBIR WITH EXTRA PEPPERMINT AND OIL CLOVE Amos Lukas Pusat Audit Teknologi – BPPT e-mail : amoslukas2010@gmail.com Diterima: 16 April 2012; Direvisi: 18 Oktober 07 November 2012; Disetujui: 21 November 2012 Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan formulasi obat kumur gambi r terbaik berdasarkan manfaat sebagai antibakteri dan hasil uji organoleptik. Rancangan percobaan yang di gunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor dan tiga taraf, yaitu perband ingan konsentrasi sorbitol (A) dengan tiga taraf yaitu 15% (A 1), 20% (A 2), dan 25% (A 3), dan jenis minyak atsiri yang ditambahkan (B) dengan tiga taraf yaitu peppermint (B1), peppermint + cengkeh (B 2), dan cengkeh (B 3). Parameter penentuan formulasi obat kumur gambir terbaik berdasarkan sifat fisikokimia yang meliputi pH dan viskositas serta hasi l uji organoleptik yang meliputi warna, viskositas, aroma, rasa, sensasi di mulut, dan penampakan umum. Sebagai kontrol digunakan obat kumur komersial dengan produk sejenis yang bermerek. H asil penelitian pengendapan dengan lama waktu larutan dasar gambir selama 5 hari (H-5) dengan aktivitas antibakteri sebesar 52,42%. Formulasi obat kumur gambir memilik i nilai pH sebesar 5, 71-5,98, sedangkan pH kontrol sebesar 6,01. Viskositas formulasi obat kumur gambir sebesar 1, 27-1,82 cP, sedangkan viskositas kontrol sebesar 1,07 cP. Formulasi obat kumur gambir dan kontrol memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0 kol oni/ml. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa variasi konsentrasi sorbitol dan jenis minyak yang digunaka n berpengaruh nyata terhadap viskositas, namun tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH . Hasil pembobotan berdasarkan pada hasil analisa uji pH, uji viskositas, total mikroba, dan organoleptik, menunjukkan bahwa formulasi obat kumur gambir terbaik adalah formulasi A 3B1 (sorbitol 25%, peppermint ). Kata Kunci : Formulasi, gambier, minyak cengkeh, obat kumur gambir, peppermint Abstract The objective of this research is to get the best formula for gambier mouthwash based on antibacterial benefits and organoleptic test results. Experimental design used was complet e randomized design with two factors and three levels, namely the ratio of the concentration of sorbitol (A) at three levels, namely 15% (A 1), 20% (A 2), and 25% (A 3), and type of essential oils added (B) with three levels, namely peppermint (B 1), peppermint + cloves (B 2), and cloves (B 3). Parameters used to determine best gambier mouthwash formulation are based on physicochemical properties such as pH and viscosity as well as organoleptic test results that consist of color, consistency, aroma, taste, sensation in the mouth, and general appearance. A commercial mouthwash named Mustika Ratu Clove was used as a control. The results with long deposition solution gambier basis for 5 days (H-5) with the antibacterial activit y of 52.42%. Gambier mouthwash formulations having a pH value of 5.71-5.98, while the pH control at 6: 01. Viscosity gambier mouthwash formulations of 1.27-1.82 cP, while the 1.07 cP viscosity control. Gambier mouthwash formulations and has total control of the same microbe, namely 0 colonies / ml. Results of varied analysis showed that the variation in concentrations of sorbitol and the type of oil used gave significant effect to viscosity, but did not significantly affec t the pH value. Weighting results based on the analysis pH test, viscosity test, total microbial and organoleptic, indicating that the best formula for gambier mouthwash is A 3B1 (25% sorbitol, peppermint). Keyword : Clove oil, formulation, gambier, mouthwash peppermint

PAGE – 2 ============
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 67 76 68 PENDAHULUAN Kesehatan mulut merupakan suatu hal yang penting bagi manusia. Pada orang sehat, bau mulut yang terjadi pada umumnya semata-mata berasal dari dalam mulut yaitu disebabkan pembusukan sisa makanan oleh bakteri yang ada di dalam rongga mulut. Berbagai penyakit di dalam mulut seperti gingivitis, periodentitis dan karies gigi sering menjadi penyebab adanya bau mulut yang kurang sedap pada orang sehat (Amtha, 1997). Penyakit karies gigi dan jaringan pendukung gigi (periodontal) umumnya disebabkan oleh plak gigi. Plak gigi adalah lengketan yang berisi bakteri dan produk-produknya yang terbentuk pada permukaan gigi (Kidd dan Bechal, 1992). Bakteri Streptococcus yang ditemukan dalam jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans (Roeslan, 1996). Salah satu cara untuk mengatasi bau mulut kurang sedap yang disebabkan oleh berbagai penyakit di dalam mulut adalah dengan menggunakan obat kumur yang dapat mematikan atau menghambat bakteri pembentuk plak gigi. Obat kumur menurut Farmakope Indonesia III adalah sediaan larutan, yang diencerkan, untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Efek terapeutik dari bahan alam bersifat konstruktif, efek samping yang ditimbulkan sangat kecil sehingga bahan alam relatif lebih aman daripada bahan kimiawi (Hembing, 1998). Gambir memiliki daya astringensi, antibakteri, dan sifat-sifat farmakologis dan toksis yang lainnya. D-katekin murni dan bermutu farmasi, yang juga dikenal dengan nama Cyanidanol-3, merupakan bahan baku untuk pembuatan obat- obatan anti-hepatitis, anti-diare dan obat kumur (Amos , 2008). Menurut Heyne (1987) gambir pada mulanya terasa agak pahit di mulut tetapi kemudian terasa enak dan agak manis yang berkhasiat menyehatkan gigi dan gusi. Amos (2009), obat kumur yang terbentuk mengalami pengendapan dan pemisahan setelah mengalami penyimpanan yang cukup lama. Penelitian bertujuan mengembangkan formulasi obat kumur berbahan gambir, peppermint dan minyak cengkeh sehingga dapat dan aman kalau tertelan atau terminum . BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan digunakan adalah gambir katekin rendah (dibawah 35%), sorbitol 70%, peppermint oil , minyak cengkeh (clove oil ), gum arab, aquades, media NA, media NB, media PCA, dan biakan bakteri Streptococcus mutans . Alat terdiri dari mortar, erlenmeyer, gelas piala, sudip, termometer, pipet volumetrik, gelas arloji, kertas saring Whattman no. 42, pompa vakum, neraca analitik, dan botol gelas. Untuk pengujian aktivitas antibakteri dan total mikroba digunakan tabung reaksi, tabung ulir, jarum ose, pipet mohr 1 ml, cawan petri, otoklaf, dan penghitung koloni ( colony counter ). Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter dan untuk pengukuran viskositas digunakan Ubbelohde viscometer . Sedangkan untuk pengukuran tingkat kejernihan (kekeruhan) digunakan FTU Turbidimeter. B. Metode 1. Pembuatan dan Pengendapan Larutan Dasar Gambir Gambir dihaluskan dengan mortar di saring pada 150 mesh. Selanjutnya 1 gram gambir dilarutkan dalam 100 ml air panas, didinginkan pada suhu ruang. Pengendapan dilakukan selama rentang waktu 7 hari. Tiap H-hari, mulai H-1 sampai H-7 diambil sampel larutan dasar gambir bagian atas (larutan tanpa sisa endapan) sebanyak ± 10 ml untuk diukur tingkat kejernihannya. 2. Pengujian Aktivitas Antibakteri Dalam Larutan Dasar Gambir Pengujian aktivitas antibakteri mengunakan metode difusi. Cawan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37 oC dan dihitung jumlah koloni

PAGE – 3 ============
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir 69 Streptococcus mutans yang tumbuh pada media NA. 3. Formulasi obat kumur gambir Pembuatan obat kumur gambir dilakukan dengan mencampurkan larutan gambir, larutan sorbitol, peppermint oil , minyak cengkeh, gum arab dan air. Gambir yang digunakan dengan konsentrasi yang dicampurkan pada obat kumur sebesar 1% (b/v) (Amos, 2009). 4. Pengujian Stabilitas Obat Kumur Gambir Pengujian stabilitas obat kumur gambir yang dilakukan meliputi kejernihan, warna, rasa, pengukuran viskositas, pengukuran pH dan pengujian mikrobiologis (total mikroba). a. Pengukuran pH Setiap sampel obat kumur diukur nilai pH-nya, menggunakan pH meter. b. Pengukuran Viskositas Viskositas sampel obat kumur diukur dengan menggunakan Ubbelohde viscometer . Mengkonversi nilai viskositas yang telah ditetapkan dengan konstanta pada tabung Ubbelohde . c. Pengujian Total Mikroba Total mikroba ditetapkan dengan SPC ( Standard Plate Count ). Cara penghitungan koloni dalam Standard Plate Count (SPC). d. Uji Organoleptik Uji organoleptik menggunakan 30 panelis agak terlatih. Skala hedonik yang digunakan adalah 1-7, dimana angka 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka. Data yang diperoleh, ditabulasikan dan dianalisis. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengendapan Larutan Dasar Gambir Penentuan larutan dasar gambir terbaik didasarkan pada tingkat kelarutannya setelah mengalami pengendapan selama H-hari (hari ke) berdasarkan nilai kekeruhannya yang tertinggi. Tabel 1. Hasil pengujian tingkat kekeruhan H-Pengendapan Tingkat Kekeruhan H-1 6250 FTU H-2 5900 FTU H-3 6350 FTU H-4 6400 FTU H-5 6900 FTU H-6 6150 FTU H-7 6500 FTU Dari hasil pengujian tingkat kekeruhan pada tabel 1, dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat kekeruhan pada larutan dasar gambir berkatekin rendah dengan konsentrasi 1% (b/v) sebesar 5900-6900 FTU Turbidity. Sedangkan tingkat kekeruhan tertinggi didapat pada H-5 artinya setelah larutan dasar gambir mengalami pengendapan selama 5 hari. Sisa pembentukan endapan pada larutan dasar gambir tidak dapat dihindari karena gambir terdiri dari 33% bahan tidak larut air (Amos , 2010). B. Aktivitas Antibakteri Larutan Dasar Gambir Larutan dasar gambir ini harus memiliki aktivitas antibakteri. Bakteri mulut yang umum ditemukan dalam mulut dan berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah jenis Streptococcus mutans (Roeslan, 1996). Amos (2009) telah dibuktikan bahwa gambir berkatekin rendah memiliki aktivitas antibakteri yang dihitung berdasarkan kemampuan gambir dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yakni sebesar 41,77%. Tabel 2. Hasil pengujian aktivitas antibakteri larutan dasar gambir H-5 U No Nt % P Rata-rata % P LD H-5 1 4.6 x 10 7 2.8 x 10 7 39.13 52.42 2 7.0 x 10 7 2.4 x 10 7 65.71 Keterangan : LD = larutan dasar gambir P = Penghambatan U = Ulangan

PAGE – 4 ============
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 67 76 70 Hasil pengujian aktivitas antibakteri larutan dasar gambir H-5 pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa rata-rata persen penghambatan larutan dasar gambir sebesar 52,42%. Hal ini menunjukkan bahwa gambir terbukti berfungsi sebagai antibakteri. Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang memiliki aktvitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan yang memiliki aktivitas bakterisidal (membunuh bakteri) (Pelczar dan Chan, 1988). Aktivitas antibakteri pada obat kumur gambir bersifat bakteriostatik Katekin dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri dan berperan juga sebagai antikarsinogenik , sedangkan tanin pada gambir memiliki khasiat sebagai algisida, juga antibakteri dan antijamur (Lemmens, 1999). C. Pembuatan Obat Kumur Gambir Formulasi pembuatan obat kumur gambir didasarkan pada formulasi obat kumur menurut Syamsuni ( 2006) dengan modifikasi yakni perbandingan tiga macam konsentrasi Sorbitol, 15%, 20%, dan 25%, dengan perbandingan tiga macam komposisi minyak atsiri yang digunakan, yakni peppermint oil, peppermint dan clove oil, serta clove oil (minyak cengkeh). Komposisi formulasi pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi formulasi obat kumur gambir Komposisi Konsentrasi (%) Gambir 1 Gum Arab 0.3 Sorbitol (70%) 15 20 25 Minyak Atsiri 0.15 (Peppermint ) 0.15 (Peppermint + Clove) 0.15 (Clove) Air Destila si sampai 100 ml D. Visualisasi dan Karakteristik Fisik Formulasi Obat Kumur Gambir Visualisasi dan karakteristik fisik yang diamati terhadap sembilan formulasi obat kumur gambir (Gambar 1) meliputi warna, aroma dan rasa. Secara umum visualisasi terhadap warna formulasi yang dihasilkan tidak berbeda jauh karena konsentrasi gambir yang digunakan adalah sama, yaitu 1% (b/v). Gambar 1. Visualisasi dan karakteristik fisik yang diamati terhadap sembilan formulasi obat kumur gambir Sedangkan pada aroma dan rasa memiliki ciri yang berbeda antara formulasi yang dihasilkan karena adanya variasi konsentrasi sorbitol dan variasi jenis minyak atsiri yang ditambahkan. Hasil visualisasi dan karakteristik fisik formulasi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Visualisasi dan karakteristik fisik formulasi obat kumur gambir Perlakuan Formulasi Warna Aroma Rasa A1B1 Coklat kemerahan Mint, segar Cukup manis, mint segar A1B2 Coklat kemerahan Khas cengkeh dengan sedikit mint Cukup manis, sedikit pedas (panas) bercampur rasa mint A1B3 Coklat kemerahan Khas cengkeh Cukup manis, pedas panas khas cengkeh A2B1 Coklat kemerahan Mint, segar Manis, mint segar A2B2 Coklat kemerahan Khas cengkeh dengan sedikit mint Manis, sedikit pedas (panas) bercampur rasa mint A2B3 Coklat kemerahan Khas cengkeh Manis, pedas panas khas cengkeh A3B1 Coklat kemerahan Mint, segar Manis, mint segar A3B2 Coklat kemerahan Khas cengkeh dengan sedikit mint Manis, sedikit pedas (panas) bercampur rasa mint A3B3 Coklat kemerahan Khas cengkeh Manis, pedas panas khas cengkeh Keterangan A1 = Sorbitol 15% B 1 = Peppermint A2 = Sorbitol 20 B 2 = Peppermint + Cengkeh A3 = Sorbitol 25% B 3 = Cengkeh 1. pH Formulasi Obat Kumur Gambir Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum, yaitu sekitar pH 6,5-7, 5 (Fardiaz, 19 93). Oleh karena itu, nilai pH dari formulasi harus berada di luar range nilai pH optimum pertumbuhan bakteri.. Hasil analisis nilai pH menunjukkan bahwa nilai pH dari formulasi berkisar antara 5, 71-5,98, dimana nilai pH tertinggi didapat pada formulasi perlakuan A 1B3 (Sorbitol 15%, Cengkeh), sedangkan nilai pH terendah didapat pada formulasi perlakuan A 1B1 (Sorbitol 15%, Peppermint ). Analisis sidik ragam terhadap nilai pH formulasi menunjukkan bahwa variasi

PAGE – 5 ============
Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir 71 konsentrasi sorbitol dan jenis minyak yang ditambahkan pada formulasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH formulasi yang dihasilkan. 2. Viskositas Formulasi Obat Kumur Gambir Viskositas suatu formulasi sangat mempengaruhi terhadap tingkat kekentalan produk tersebut saat digunakan berkumur di dalam mulut. Semakin dekat tingkat viskositas suatu produk formulasi dengan tingkat viskositas air, maka semakin mudah dan nyaman produk tersebut digunaka n untuk berkumur. Tingkat viskositas air murni adalah 1002 µ Pa.s atau sekitar ± 1 cP. Hasil analisis viskositas menunjukkan bahwa nilai viskositas dari formulasi berkisar antara 1, 27-1,82 cP, dimana nilai viskositas tertinggi didapat pada formulasi perlakuan A 3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh), sedangkan nilai viskositas terendah didapat pada formulasi A 1B1 (Sorbitol 15%, Peppermint ). Hasil analisis viskositas diketahui bahwa nilai viskositas formulasi mendekati nilai viskositas pada obat kumur komersial . Hal ini disebabkan karena penggunaan bahan dasar gambir yang terdiri atas partikel-partikel halus terlarut, sehingga meningkatkan nilai viskositas pada formulasi yan g dihasilkan. Diketahui bahwa semakin besar penggunaan sorbitol pada formulasi, maka semakin tinggi pula nilai viskositas yang diperoleh. Analisis sidik ragam terhadap nilai viskositas formulasi menunjukkan bahwa variasi konsentrasi sorbitol dan jenis minyak yang ditambahkan pada formulasi berpengaruh nyata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan sampel p < 0,05. Analisa dengan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa variasi konsentrasi sorbitol 15% (A 1) berbeda nyata dengan variasi konsentrasi sorbitol 20% (A 2) dan 25% (A3). Begitupun dengan variasi konsentrasi sorbitol 20% (A 2) yang berbeda nyata dengan variasi konsentrasi sorbitol 25% (A 3). Sedangkan pada variasi jenis minyak yang ditambahkan, variasi penambahan minyak peppermint (B1) berbeda nyata dengan variasi penambahan minyak cengkeh (B 3) dan minyak peppermint + cengkeh (B 2). Namun tidak ada perbedaan nyata antara variasi penambahan minyak cengkeh (B 3) dengan minyak peppermint + cengkeh (B2). E. Total Mikroba Formulasi Obat Kumur Gambir Hasil analisis total mikroba dengan metode hitungan cawan menunjukkan hasil yang positif sebagai obat kumur antibakteri dari masing-masing perlakuan formulasi, dimana jumlah koloni pada masing-masing cawan berkisar antara 0- 13.5 koloni/ml, sedangkan pengenceran yang digunakan adalah 10 0. Hal ini menunjukkan bahwa total mikroba formulasi tidak memenuhi SPC (Standard Plate Count ), sehingga total mikrobanya dianggap 0. Hasil pengujian total mikroba formulasi pada Tabel 5. Tabel 5. Total mikroba formulasi obat kumur gambir Perlakuan Formulasi Total mikroba (koloni/ml) A1B1 0 (13.5 x 10 0) A1B2 0 (0.5 x 10 0) A1B3 0 (1.5 x 10 0) A2B1 0 (1.0 x 10 0) A2B2 0 (7.0 x 10 0) A2B3 0 (1.0 x 10 0) A3B1 0 (0.0 x 10 0) A3B2 0 (0.5 x 10 0) A3B3 0 (1.0 x 10 0) Kontrol 0 (0.5 x 10 0) Tanin yang terkandung dalam gambir memiliki khasiat sebagai algisida, juga antibakteri dan antijamur (Lemmens, 1999). Selain itu, formulasi penambahan minyak peppermint dan minyak cengkeh juga turut meningkatkan daya antibakteri pada formulasi obat kumur yang dihasilkan. F. Uji Organoleptik Uji organoleptik yang digunakan adalah uji hedonik (kesukaan) pada sembilan formulasi yang berbeda. Dalam uji hedonik, panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau PAGE - 6 ============ Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 67 76 72 ketidaksukaannya terhadap komoditi bentuk skala hedonik (Sarastani, 2008). Tujuan uji penerimaan adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat (Sarastani, 2008). G. Warna Panelis memberikan respon terhadap warna formulasi dengan rata- rata tertinggi pada formulasi A 2B1 (Sorbitol 20%, Peppermint ) yaitu sebesar 3,41 (antara agak tidak suka dan netral), sedangkan nilai rata-rata terendah pada formulasi A 3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) yaitu sebesar 2,97 (antara tidak suka dan agak tidak suka). Berdasarkan uji Friedman terhadap warna menunjukkan bahwa faktor penambahan konsentrasi sorbitol dan jenis minyak yang ditambahkan tidak berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap warna formulasi yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena warna dasar gambir yang coklat kemerahan masih mendominasi warna keseluruhan formulasi. Gambar 2. Histogram uji hedonik terhadap warna formulasi obat kumur gambir Dari histogram uji hedonik diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna formulasi yang paling tinggi adalah pada A 2B1 (Sorbitol 20%, Peppermint ) dengan jumlah 20,6% pada skala penilaian 5-7 dan yang paling rendah adalah pada A 1B1 (Sorbitol 15%, Peppermint ) dan A 3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) dengan jumlah 11,8% pada skala penilaian 5- 7. H. Kekentalan Panelis memberikan respon terhadap kekentalan formulasi dengan rata-rata tertinggi pada A 3B1 (Sorbitol 25%, Peppermint ) yaitu sebesar 4, 21 (antara netral dan agak suka), sedangkan nilai rata-rata terendah pada A3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) yaitu sebesar 3,71 (antara agak tidak suka dan netral). Berdasarkan uji Friedman terhadap kekentalan menunjukkan bahwa faktor penambahan konsentrasi sorbitol dan jenis minyak yang ditambahkan tidak berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap kekentalan formulasi yang dihasilkan Gambar 3. Histogram uji hedonik terhadap kekentalan formulasi obat kumur gambir Dari histogram uji hedonik diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan formulasi yang paling tinggi adalah pada A 2B2 (Sorbitol 20%, Peppermint + Cengkeh) dengan jumlah 41,2% pada skala penilaian 5-7. Tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan formulasi yang paling rendah adalah pada A 3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) dengan jumlah 20,5% pada skala penilaian 5- 7. I. Aroma Panelis memberikan respon terhadap aroma formulasi dengan rata- rata tertinggi pada A 2B1 (Sorbitol 20%, Peppermint ) yaitu sebesar 4,74 (antara netral dan agak suka), sedangkan nilai rata-rata terendah pada A 3B3 (Sorbito l 25%, Cengkeh) yaitu sebesar 2,56 (antara tidak suka dan agak tidak suka). Berdasarkan uji Friedman terhadap aroma menunjukkan bahwa faktor penambahan konsentrasi sorbitol dan jenis minyak yang ditambahkan berpengaruh nyata pada kesukaan panelis. Histogram uji hedonik terhadap aroma gambir diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap aroma PAGE - 8 ============ Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 67 76 74 tingkat kesukaan panelis terhadap efek sensasi di mulut formulasi yang paling tinggi adalah A 3B1 (Sorbitol 25%, Peppermint ) dengan jumlah 53,0% pada skala penilaian 5-7. Tingkat kesukaan panelis terhadap efek sensasi di mulut formulasi yang paling rendah adalah A1B3 (Sorbitol 15%, Cengkeh) dan A 3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) dengan jumlah 11,8% pada skala penilaian 5-7. Secara umum panelis lebih menyukai efek sensasi di mulut yang menyegarkan namun lembut ( soft ), yang terdapat pada formulasi dengan penambahan minyak peppermint . Sedangkan pada formulasi dengan penambahan minyak cengkeh kurang disukai karena memberikan efek sensasi di mulut ( after taste ) yang terlalu pedas dibandingkan minyak peppermint . L. Penampakan (Penilaian) Umum Panelis memberikan respon terhadap penampakan (penilaian) umum formulasi dengan rata-rata tertinggi pada A2B1 (Sorbitol 20%, Peppermint ) yaitu sebesar 4,15 (antara netral dan agak suka), sedangkan nilai rata-rata terendah pada A 3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) yaitu sebesar 2,76 (antara tidak suka dan agak tidak suka). Berdasarkan uji Friedman terhadap penampakan (penilaian) umum menunjukkan bahwa faktor penambahan konsentrasi sorbitol dan jenis minyak yang ditambahkan berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap penampakan (penilaian) umum formulasi yang dihasilkan. Histogram uji hedonik terhadap penampakan (penilaian) umum diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap penampakan (penilaian) umum formulasi yang paling tinggi adalah pada formulasi A 1B1 (Sorbitol 15%, Peppermint ) dan A 3B1 (Sorbitol 25%, Peppermint ) dengan jumlah 41,2% pada skala penilaian 5- 7. Tingkat kesukaan panelis terhadap penampakan (penilaian) umum formulasi yang paling rendah adalah pada formulasi A 3B3 (Sorbitol 25%, Cengkeh) dengan jumlah 2,9% pada skala penilaian 5- 7. Gambar 7. Histogram Uji Hedonik terhadap Penampakan (Penilaian) Umum Formulasi Obat Kumur Gambir M. Pemilihan Formulasi Obat Kumur Gambir Terbaik Pemilihan formulasi terbaik dilakukan dengan cara pembobotan yang didasarkan pada hasil analisa uji pH , uji viskositas, total mikroba, dan organoleptik . Untuk menentukan perlakuan terbaik, diberikan skala penilaian 1 sampai 5 berdasarkan nilai kepentingan dari tiap-tiap parameter. Nilai kepentingan tiap-tiap parameter ditentukan berdasarkan pertimbangan- pertimbangan yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penilaian kepentingan tiap-tiap parameter formulasi obat kumur gambir Parameter Analisis Dasar Pertimbangan Kepentingan Nilai Kepentingan pH Harus berada di luar range pH optimum pertumbuhan bakteri 4 Viskositas Untuk dikumur, sehingga viskositas diharapkan mendekati viskositas air 3 Total mikroba Menunjukkan efektivitas sebagai obat kumur antibakteri 5 Warna Daya tarik awal kepada konsumen 4 Kekentalan Kenyamanan saat digunakan berkumur 3 Aroma Salah satu kriteria penting penentuan oleh konsumen 4 Rasa Salah satu kriteria penting penentuan oleh konsumen 4 Sensasi di mulut Efek after taste yang dirasakan 4 Penampakan umum Pengamatan secara keseluruhan 3 KESIMPULAN Larutan dasar gambir hasil endapan selama 5 hari (H -5) terbukti memiliki aktivitas antibakteri yang dihitung berdasarkan persen PAGE - 9 ============ Amos Lukas Formulasi Obat Kumur Gambir 75 penghambatan, yakni sebesar 52,42%. Formulasi obat kumur gambir memiliki nilai pH sekitar 5, 71-5,98, sedangkan nilai pH kontrol (Mustika Ratu Cengkeh) sebesar 6,01. Hal ini menunjukkan bahwa pH formulasi berada di luar range nilai pH optimum pertumbuhan bakteri. Nilai viskositas formulasi obat kumur gambir berkisar antara 1, 27-1,82 cP, sedangkan nilai viskositas kontrol sebesar 1,07 cP. Pada uji total mikroba, formulasi obat kumur gambir dan kontrol memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0 koloni/ml. Dari pemilihan formulasi obat kumur gambir terbaik yang dilakukan dengan cara pembobotan yang didasarkan pada hasil analisa uji pH , uji viskositas, total mikroba, dan organoleptik, didapatkan bahwa formulasi obat kumur gambir terbaik adalah formulasi A 3B1 (sorbitol 25%, peppermint ), dengan total nilai bobot sebesar 6, 94. DAFTAR PUSTAKA Amos. ( 2004). Teknologi Pengolahan Gambir. Jakarta : BPPT Press. Amos. ( 2009). Gambir Sebagai Anti Bakteri Dalam Formulasi Obat Kumur. Jurna l Sains dan Teknologi Indonesia . 11(3): 188-192. Amos. (2010). Kandungan Katekin Gambir sentra Produksi di Indonesia. Jurnal Standardisasi. 12(3): 149- 155. Amtha, R. ( 1997). Kelainan Mukosa Akibat Penggunaan Obat Kumur . Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi . 35: Tahun ke-2. Andrea 'O. Barel, Marc Paye and Howard I. Maibach. ( 2001). Cosmetic Science and Techology . New York: Marcel Dekker.Inc. Anggraeni, D., V. Susanti, F. Gultom, dan Hedijanti. ( 2000). Penentuan Konsentrasi Optimal dan Waktu Efektif Larutan Sumba Kue Cair Secara In Vitro Sebagai Bahan Pendeteksi Plak . Jurnal Kesehatan Gigi Universitas Indonesia 7(2): 27- 33. Casemiro LA, Martins CH, Carvalho TC, Panzeri H, Lavrador TC, Panzeri H, et al. (2008). Effectiveness of new toothbrush design versus a conventional tongue scraper in improving breath odor and reducing tongue microbiota. J Appl Oral Sci . 16 (4). Available from http://www.scielo.br/scielo.php?pid =S16787757200800040000&script =sci_arttext.html . Accessed 27 November 2010 Dwidjoseputro .D. (2012) . Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Fardiaz, S. ( 1993). Analisis Mikrobiologi Pangan . Jakarta: Raja Grafindo Persada. Fardiaz, S. ( 1992). Mikrobiologi Pangan . Jakarta: Gramedia. Heyne, K. ( 1987). Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III . Jakarta: B adan Litbang Kehutanan. Hembing, W.K. (1998) . Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid ke-4 . Jakarta: Pustaka Kartini. Kidd, E.A.M. dan S.J. Bechal. ( 1992). Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan Penanggulangannya . Terjemahan Narlan Sumawinata & Safrida Faruk. Jakarta: EGC. Lemmens, R.H.M.J. dan N. Wulijarni- Soetjipto. ( 1999). Sumber Daya Nabati Asia Tenggara, No. 3, Tumbuh-Tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin . PT Balai Pustaka. Jakarta bekerja sama dengan Prosea Indonesia, Bogor. Martindale. ( 1996). The Extra Pharmacopoeia 31th Edition . London: The Pharmaceutical Press. Roeslan, B.O. ( 1996). Karakteristik Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi . Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti . 10:112-113. Sarastani, D. (2008) . Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik . Direktorat Pogram Diploma. Bogor: IPB. Sri Sumarsih. ( 2003). Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar . Yogyakarta Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UPN "Veteran". PAGE - 10 ============ Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 67 76 76 Syamsuni, Haji. (2006) . Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi . Jakarta: Buku Kedokteran, EGC. Quirynen M, Avontroodt P, Soers C, Zhao H, Pauwels M, van Steenberghe D. (2004). Impact of tongue cleansers on microbial load and taste. J Clin Periodontol . 31: 506-10. 190 KB – 10 Pages

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.