–
47 KB – 28 Pages
PAGE – 1 ============
sudrajat@uny.ac.id. D I K T A T K U L I A H S E J A R A H I N D O N E S I A MASA HINDU BUDHA O l e h : S u d r a j a t , M . P d . 1 9 7 3 0 5 2 4 2 0 0 6 0 4 1 0 0 2 J U R U S A N P E N D I D I K A N S E J A R A H F A K U L T A S I L M U S O S I A L U N I V E R S I T A S N E G E R I Y O G Y A K A R T A 2 0 1 2
PAGE – 2 ============
sudrajat@uny.ac.id. BAB I PERKEMBANGAN AGAMA HINDU – BUDHA DI INDONESIA A. Perkembangan Agama Hindu Sejak ribuan tahun sebelum Masehi, di India telah berkembang kebudayaan besar di Lembah Sungai Indus. Dua pusat kebudayaan di daerah tersebut adalah ditemukannya dua kota kuno yakni di Mohenjodaro dan Harappa. Pengembang dua pusat kebudayaan tersebut adalah bangsa Dravida. Pada sekitar tahun 1500 SM, datanglah bangsa Arya dari Asia Tengah ke Lembah Sungai Indus. Bangsa Arya datang ke India dengan membawa pengaruh tulisan, bahas a, teknologi, dan juga kepercayaan. Kepercayaan bangsa Arya yang dibawa adalah Veda (Weda) yang setelah sampai di India melahirkan agama Hindu. Lahirnya agama Hindu ini merupakan bentuk percampuran kepercayaan antara bangsa Arya dengan bangsa Dravida. Agam a Hindu bersifat politeisme, yaitu percaya kepada beberapa dewa. Tiga dewa utama yang dipuja oleh masyarakat Hindu adalah Dewa Brahmana (dewa pencipta), Dewa Wisnu (dewa pelindung), dan Dewa Syiwa (dewa pembinasa). Ketiga dewa itu dikenal dengan sebutan Tr imurti. Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Kitab Weda ini terdiri atas empat bagian, yaitu; 1. Reg – Weda, berisi puji – pujian terhadap dewa; 2. Sama – Weda, berisi nyanyian – nyanyian suci; 3. Yazur – Weda, berisi mantra – mantra; dan 4. Atharwa – Weda, berisi doa – doa untuk pengobatan. Disamping kitab Weda, ada juga kitab Brahmana dan Upanisad. Masyarakat Hindu terbagi dalam empat golongan yang disebut kasta. Kasta – kasta tersebut adalah kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waisya, dan kasta Sudra. Di luar itu masih ada golongan masyarakat yang tidak termasuk dalam kasta, yaitu mereka yang masuk dalam kelompok Paria. Kasta Brahmana merupakan kasta tertinggi. K aum Brahmana bertugas menjalankan upacara – upacara keagamaan. Kasta Ksatria merupakan kasta yang bertugas menjalankan pemerintahan. Golongan raja, bangsawan dan prajurit masuk dalam kelompok kasta Kstaria ini. Kasta Waisya merupakan kasta dari rakyat biasa , yaitu para petani dan pedagang. Adapun kasta Sudra adalah kasta dari golongan hamba sahaya atau para budak. Sementara itu, golongan Paria merupakan golongan yang tidak diterima dalam kasta masyarakat Hindu.
PAGE – 3 ============
sudrajat@uny.ac.id. B. Sejarah Agama Buddha Agama Budha muncul sekit ar tahun 500 SM. Pada masa tersebut di India berkembang kerajaan – kerajaan Hindu yang sangat besar, salah satunya dinasti Maurya. Dinasti ini mempunyai raja yang sangat terkenal yakni Raja Ashoka Kemunculan agama Budhha tidak dapat dilepaskan dari tokoh Si dharta Gautama. Sidharta adalah putra raja Suddhodana dari Kerajaan Kapilawastu. Ajaran Budhha memang diajarkan oleh Sidhrata Gautama, sehingga beliau lebih dikenal dengan Budhha Gautama. Kitab Suci agama Buddha adalah Tripitaka, yang artinya tiga keranj ang. Kitab ini terdiri atas; Vinayapitaka yang berisi aturan – aturan hidup, Suttapitaka yang berisi pokok – pokok atau dasar memberi pelajaran, dan Abdidharmapitaka yang berisi falsafah agama. Setiap penganut budha diyuntut menjalankan Tridarma(tiga kebaktian): Saya berlindung terhadap Budha Saya belndung terhadapDharma Saya berlindung terhadap Sanggha Terdapat empat tempat utama yang dianggap suci oleh umat Buddha. Tempat – tempat suci tersebut memiliki hubungan dengan Sidharta. Keempat tempat terseb ut adalah Taman Lumbini, Bodh Gaya , Benares, dan Kusinegara . Taman Lumbini terletak di daerah Kapilawastu, yaitu tempat kelahiran Sidharta. Bodh Gaya adalah tempat Shidarta menerima penerangan agung. Benares , adalah tempat Sidharta pertama kali menyampa ikan ajarannya. Kusinegara , adalah tempat wafatnya Sidharta. Hari Raya Umat Buddha adalah hari raya Waisyak. Hari raya ini dimeriahkan untuk memperingati Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung, dan kematian Sidharta yang terjadi pada tanggal yang bersamaan, yaitu waktu bulan purnama di bulan Mei. 2. Persebaran Pengaruh Agama Hindu Buddha ke Indonesia Masuknya agama Hindu Budha ke Indonesia secara pasti belum diketahui. Tetapi pada tahun 400 M dipastikan agama Hindu Budha telah berkembang di Indonesia . Hal ini dibuktikan dengan penemuan prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur. Prasasti tersebut menunjukkan bahwa telah berkembang kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dengan adanya kerajaan pada tahun 400 M, berarti agama Hindu Budha masuk ke Indonesia sebe lum tahun tersebut.
PAGE – 4 ============
sudrajat@uny.ac.id. Siapa yang membawa kedua agama tersebut ke Indonesia? Terdapat beberapa pendapat atau teori tentang pembawa agama Hindu Budha ke Indonesia. Teori – teori itu adalah sebagai berikut . a. Teori Brahmana, menyatakan bahwa penyebaran pengaruh H indu ke Indonesia dibawa kaum Brahmana. b. Teori ksatria, menyatakan bahwa penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia adalah orang – orang India yang berkasta ksatria. Di Indonesia mereka kemudian mendirikan kerajaan – kerajaan serta menyebarkan agama Hindu. c. Teori Wa isya, menyatakan bahwa penyebar agama Hindu ke Indonesia adalah orang – orang india yang berkasta Waisya. Para penyebaran pengaruh Hindu itu terdiri atas para pedagang dari India. d. Teori Arus Balik, menyatakan bahwa para penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia adalah orang – orang Indonesia sendiri. Mereka mula – mula diundang atau datang sendiri ke India untuk belajar Hindu. Setelah mengusai ilmu tentang agama Hindu, mereka kemudian kembali ke Indonesia dan menyebarkan pengaruh Hindu di Indonesia. Keempat teori te ntang penyebaran agama Hindu ke indonesia tersebut masing – masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Kaum Ksatria dan Waisya, tidak memiliki kemampuan menguasai Kitab Suci Weda. Sementara kaum Brahmana tidak dibebani untuk menyebarkan agama Hindu walaupun mereka dapat membaca kitab suci Weda. Kaum Brahmanapun memiliki pantangan menyeberangi laut. Yang paling mungkin adalah, orang – orang Indonesia datang belajar ke India untuk mempelajari agama Hindu, kemudian merekalah yang menyebarkan agama tersebut ke Ind onesia. Penyebaran ini menjadi lebih efektif, karena orang – orang Indonesia jauh lebih memahami mengenai kondisi sosial, adat dan budaya negerinya sendiri.
PAGE – 5 ============
sudrajat@uny.ac.id. BAB II KERAJAAN AWAL HINDU – BUDHA 1. Kerajaan Kutai Di daerah Muarakaman tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur berdirilah kerajaan pertama di Indonesia pada tahun 400 M. Kerajaan tersebut bernama kerajaan Kutai. Sungai Mahakam dapat dilayari dari pantai sampai masuk ke Muarakaman, sehingga baik untuk kegiat an perdagangan. Sungai yang cukup besar tersebut masih ramai oleh lalu lintas air sejak masa praaksara hingga sekarang. Para ahli arkheologi dan sejarah mempelajari peninggalan berupa bangunan batu. Bangunan tersebut disebut Yupa, yang berupa sebuah tugu peringatan. Artinya bangunan tugu tersebut didirikan sebagai tanda adanya suatu peristiwa penting misalnya upacara korban sedekah. Terdapat tujuh buah Yupa yang ditemukan di daerah tersebut. Apa keistimewaan yupa yang ditemukan di Kalimantan Timur tersebut ? Pada salah satu Yupa, ditemukan prasasti. Dalam prasasti yupa terdapat tulisan dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta . Berda s ar bentuk hurufnya para ahli yakin bahwa yupa dibuat sekitar abad ke – 5 M. Dalam prasasti juga menyebutkan silsilah raja – raja Kutai. Salah satu dari yupa diterangkan bahwa Kudungga mempunyai putra bernama Aswawarman . Aswawarman mempunyai tiga anak dan yang terkenal adalah Mulawarman . Prasasti Yupa menunjukkan bahwa pendirian Yupa sebagai perintah Raja Mulawarman . Beliau dipastika n seorang Indonesia asli. Kudungga bukan pendiri kerajaan, tetapi anaknya yang bernama Aswawarman. Hal tersebut disebut dalam Wamsakerta atau pendiri keluarga. Diperkirakan Aswawarman – lah yang sudah menganut Hindu secara penuh sedang Kudungga belum. Raja Mulawarman sebagai raja terbesar di Kutai yang memeluk agama Hindu – Siwa. Beliau sangat dekat dengan kaum Brahmana dan rakyat, hal ini dibuktikan dengan pemberian sedekah untuk upacara keagamaan. Upacara korban sapi juga menunjukkan bahwa rakyat cukup hidup makmur, kehidupan keagamaan dijaga dengan baik, dan rakyat sangat mencintai rajanya. Kehidupan ekonomi masyarakat diperkirakan sebagian besar adalah sebagai petani dan pedagang. Masyarakat Kutai sebelumnya tidak mengenal kasta. Setelah agama Hindu masuk, maka mulailah pengaruh kasta masuk dalam lapisan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan upacara Vratyastoma oleh Kudungga. Vratyastoma , merupakan upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta ksatria sesuai kedudukannya sebagai keluarga raja.
PAGE – 6 ============
sudrajat@uny.ac.id. Kelanjutan ke rajaan Kutai setelah Mulawarman tidak menunjukkan tanda – tanda yang jelas. Namun periode setelah abad V M, berkembanglah kerajaan – kerajaan Hindu Budha di berbagai daerah lain Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pada fase selanjutnya agama Hindu Budha berke mbang pesat di berbagai daerah Indonesia 2. Kerajaan Tarumanegara Berdasarkan prasasti – prasasti yang ditemukan, para ahli meyakini letak pusat Kerajaan Tarumanegara kira – kira di antara Sungai Citarum dan Cisadane . Dari namanya, Tarumanegara dari kata tar uma , mungkin berkaitan dengan kata tarum yang artinya nila . Kata tarum dipakai sebagai nama sebuah sungai di Jawa Barat yakni Sungai Citarum. Kebanyakan ahli yakin kerajaan ini pusatnya dekat kota Bogor Jawa Barat. Apa saja bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara? Bukti – bukti sebagian besar berupa prasasti, terutama peninggalan raja terkenal Tarumanegara yang bernama Raja Purnawarman. Prasasti – prasasti tersebut antara lain prasasti Ciaruteun, prasasti Kebon Kopi, pras asti Tugu, Prasasti Lebak, prasasti Muara Cianten, dan prasasti Pasair Awi. Prasasti – prasasti itu umumnya bertulis huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sansekerta. 1) Prasasti Ciaruteun Di dekat muara tepi Sungai Citarum, ditemukan prasasti yang dipahat p ada batu. Pada prasasti tersebut terdapat gambar sepasang telapak kaki Raja Purnawarman. Sepasang telapak kaki tersebut Raja Purnawarman diibaratkan sebagai telapak kaki Dewa Wisnu. 2) Prasasti Kebon Kopi Prasasti Kebon Kopi terdapat di Kampung Muara Hili r, Kecamatan Cibung – bulang , Bogor. Pada prasasti ini ada pahatan gambar tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata (gajah kendaraan DewaWisnu). 3) Prasasti Jambu Di sebuah perkebunan jambu, Bukit Koleangkok, kira – kira 30 km sebelah barat Bogor ditemukan pula prasasti. Karena ditemukan di perkebunan Jambu, sehingga dinamakan Prasasti Jambu. Disebutkan dalam prasasti bahwa Raja Purnawarman adalah raja yang gagah, pemimpin yang termasyhur, dan baju zirahnya tidak dapat ditembus senjata musuh. Prasasti ini menggambarkan bagaimana kebesaran Raja Purnawarman. 4) Prasasti Tugu Ternyata prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara menyebar di berbagai tempat. Salah satunya adalah prasasti yang ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta. Prasast i
PAGE – 8 ============
sudrajat@uny.ac.id. Perkembangan kerajaan Tarumanegara masih dapat diketahui sampai dengan abad ke – 7M. Pada masa tersebut Tarumanegara mengirim utusan ke Cina. Selain menjalin hubungan dagang, tentu untuk menjalin hubungan keagamaan. Perlu diingat bahwa pada masa tersebut China telah berkembang agama Budha yang sangat pesat. Akan tetapi dalam perkembangan setelah abad VII tidak ada keterangan yang jelas. Hanya saja pada masa sel anjutnya berkembang kerajaan – kerajaan lain seperti Pajajaran di Jawa Barat dan Mataram di Jawa Tengah. 3. Kerajaan Kaling Kerajaan Kaling atau Holing , diperkirakan terletak di Jawa Tengah. Hal ini didasarkan bahwa berita China tersebut menyebutkan bahwa di sebelah timur Kaling ada Po – li (Bali sekarang), di sebelah barat Kaling terdapat To – po – Teng (Sumatra), sedangkan di sebelah utara Kaling terdapat Chen – la (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudera. Ada juga yang menghubungkan letak Kalin g berada di Kabupaten Jepara. Hal ini dihubungkan dengan adanya sebuah nama tempat di wilayah Jepara yakni Keling. Keling saat ini merupakan nama Kecamatan Keling, sebelah utara Gunung Muria, Jepara, Jawa Tengah. Namun demikian belum ditemukan secara tegas bahwa Keling mempunyai hubungan dengan kerajaan Kaling. Sumber utama mengenai Kerajaan Kaling adalah berita Cina, yaitu berita dari Dinasti Tang. Berita inilah yang menggambarkan bagaimana pemerintahan Ratu Sima di Kaling. Sumber sejarah lainnya adalah Prasasti Tuk Mas yang ditemukan di lereng Gunung Merbabu. M elalui berita Cina dan Prasasti Tuk Mas tersebut, banyak hal dapat kita ketahui tentang perkembangan Kerajaan Kaling dan kehidupan masyarakatnya. Menurut berita Cina raja terkenal Kerajaan Kaling adalah Ratu Sima yang memerintah sekitar tahun 674 M. Ratu Sima merupakan raja yang tegas, jujur, dan sangat bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas dan seadil – adilnya. Rakyat patuh terhadap semua ketentuan yang berlaku. Disebutkan bahwa pada masa Ratu Sima, kehidupan sangat aman dan tenteram. Kejahatan sa ngat minim, karena kerajaan menerapkan hukum tanpa pandang bulu. Di Kerajaan Keling, Agama Budha berkembang pesat. Bahkan pendeta Cina bernama Hwi – ning pernah datang di Kaling dan tinggal selama tiga tahun untuk menerjemahkan kitab suci agama Budha Hinayan a ke dalam bahasa Cina. Dalam usaha menerjemahkan kitab itu Hwi – ning dibantu oleh seorang pendeta Kaling bernama Jnanabadra.
PAGE – 9 ============
sudrajat@uny.ac.id. Selain bermata pencaharian bertani, penduduk juga melakukan perdagangan. Kehidupan yang sangat makmur tersebut sangat wajar, mengin gat Jawa Tengah merupakan pusat hamparan tanah subur. Beberapa gunung berapi di Jawa Tengah sebagai penyeimbang kesuburan utama untuk tanah pertanian dan perkebunan. Perkembangan Kerajaan Kaling selanjutnya kurang jelas. Belum ditemukan sumber sejarah yan g secara tegas meriwayatkan perjalanan Kerajaan Kaling sampai akhir. Namun pada periode selanjutnya kita akan menemukan beberapa Kerajaan Hindu Budha lainnya di Jawa Tengah.
PAGE – 10 ============
sudrajat@uny.ac.id. BAB III PERKEMBANGAN KERAJAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA 1. Kerajaan Mataram Di Jawa Tengah pernah berkembang kerajaan besar pada masa Hindu Buddha. Namanya lebih dikenal dengan Mataram kuno. Nama Mataram kuno digunakan untuk menunjuk Kerajaan Mataram pada masa pengaruh Hindu Budha. Sebab pada perkembangan selanjutnya muncul Keraja an Mataram yang juga berlokasi di Jawa Tengah juga. Namun kerajaan yang muncul kemudian ini merupakan kerajaan Mataram yang bercorak Islam. Bukti apa saja yang menunjukkan sejarah kerajaan Mataram kuno? 1) Prasasli Canggal, berangka tahun 732 M yang ditulis dengan huruf Palawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini berisi tentang asal – usul Dinasti Sanjaya dan pembangunan sebuah lingga di Bukit Stirangga 2) Prasasti Kalasan, berangka tahun 778 M, berhuruf Pranagari dan bahasa Sanskerta. 3) Prasasli Klurak, berangka tahun 782 M, ditemukan di daerah Prambanan. Isinya tentang pembuatan arca Manjusri yang terletak di sebelah utara Prambanan. 4) Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung, berangka tahun 907 M. Isinya tentang silsilah raja – raja keturunan Sanjaya. Di samping beberapa prasasti tersebut, sumber sejarah untuk Kerajaan Mataram Kuno, juga berasal dari berita Cina. Siapa saja yang memerintah Kerajaan Mataram kuno? Bagaimana perkembangan kerajaan ini? Berikut ini kita akan mengkaji beberapa pemeri ntahan di Kerajaan Mataram kuno. 1) Pemerintahan Sanjaya Pada tahun 717 – 780, Raja Sanjaya mulai memerintah Kerajaan Mataram. Bukti sejarah yang menunjuk tentang Raja Sanjaya adalah melalui prasasti Canggal. Sanjaya adalah keturunan dinastyi Syailendra. Ra ja Sanjaya berhasil menaklukkan beberapa kerajaan kecil yang pada masa pemrintahan Sanna melepaskan diri. Sanjaya ternyata seorang raja yang memperhatikan perkembangan agama. Hal ini dibuktikan dengan pendirian bangunan suci oleh Raja Sanjaya pada tahun 73 2 M . Bangunan suci tersebut sebagai tempat pemujaan, yakni berupa lingga yang berada di atas Gunung Wukir ( Bukit Stirangga ), kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Perhatian raja yang besar terhadap keagamaan ini juga menunjukkan bahwa rakyat Mataram merupakan rakyat
PAGE – 11 ============
sudrajat@uny.ac.id. yang taat beragama. Sebab sikap baik raja, biasanya merupakan cerminan sikap baik rakyatnya. 2) Pemerintahan Rakai Panangkaran Setelah digantikan putranya yang bernama Rakai Panangkaran. Pada masa pemerintahan Panangkaran, bukan hanya agama Hindu sa ja yang berkembang. Beliau adalah raja yang juga memperhatikan perkembangan agama Budha. Sebagai bukti adalah dengan didirikannya bangunan – bangunan suci agama Budha. Sebagai contoh adalah candi Kalasan dan arca Manjusri. Kamu masih dapat melihat keberadaa n Candi Kalasan yang terletak di Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman DIY. Pada masa Panangkaran, kekuasaan Mataram bertambah luas. 3) Perpecahan Dinasti Syailendra Pada masa Sanjaya agama Hindu merupakan agama keluarga raja. Namun pada masa Panangkaran agama Budha menjadi agama kerajaan. Hal inilah yang mendorong terjadinya perpecahan dalam keluarga Dinasti Syailendra. Wilayah Mataram akhirnya dibagi menjadi dua. Dengan demikian Keluarga Syailendra terbagi menjadi dua. Keluarga yang menganut agama Hindu mengembangkan kekuasaan di daerah Jawa Tengah bagian utara. Sementara keluarga yang beragama Budha dan berkuasa di dae rah Jawa Tengah bagian selatan. Upaya untuk me nyatukan dua keluarga terus diupayakan dan berhasil. Penyatuan ditandai dengan terjadinya perkawinan antara dua keluarga. Rakai Pikatan, dari keluarga yang beragama Hindu, menikah dengan Pramudawardani, putri dari Samarotungga yang beragama Budha. Balaput radewa adalah keturunan yang menentang Pikatan. Setelag Samarotungga wafat terjadilah perebutan kekuasaan antara Pikatan dengan Balaputradewa. Balaputradewa mengalami kekalahan dan menyingkir ke Sumatera. 4) Masa Kebesaran Mataram Bagaimana kelanjutan Ke rajaan Mataram setelah Rakai Pikatan? Pada tahun 856 M Kayuwangi atau Dyah Lokapala menggantikan Pikatan. Salah satu raja terkenal dan terbesar Mataram adalah Raja Balitung(898 – 911 M ) dengan gelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmadya Mahasambu. Salah satu kebesarannya dibuktikan dengan bangunan candi yang sangat besar dan indah. Candi tersebut tidak asing bagi kalian, yakni Candi Prambanan
47 KB – 28 Pages