by MN Fikroh · Cited by 1 — Building facade is an important element to communicate the function, meaning and a period of culture when the building stood. Unevenness of building façade

123 KB – 8 Pages

PAGE – 1 ============
Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura Mariyah Nurul Fikroh 1, Rinawati P. Handajani 2, Rr Haru Agus Razziati 3 1Mahasiswa Bimbingan, Jurusan arsitektur/ Fakultas Teknik Universita s Brawijaya 2 3 Dosen Pembimbing, Jurusan Arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya E-mail: mariyahnurul@gmail.com ABSTRAK Fasade bangunan merupakan elemen penting dalam penyampaian dari fungsi, makna serta suatu masa dari kebudayaan saat bangunan itu berdiri. Ketidakseragaman fasade bangunan dapat menyebabkan memburuknya kualitas visual kawasan dan lunturnya identitas suatu kelompok bangunan . Sebagai Universitas Negeri yang terbesar di Kalimantan Barat dan mengusung tema sebagai university komposisi visual dari fasade bangunan di Universitas Tanjungpura perlu diperhatikan untuk meningkatkan identitas kawasan kampus, yang diidentifikasi memiliki karakteristik bangunan Melayu. Dengan menggunakan metode tipologi dan deskriptif-analitis, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik fasade pada sampel bangunan eksisting sesuai dengan masing-masing fungsi, yaitu fungsi non- akademik manajemen dan akademik umum. Dari kedua karakteristik tersebut, diambil karakter pengikat yang dapat dijadikan kriteria desain fasade agar bangunan baru dapat dibangun selaras dengan bangunan lama dan dapat memperkuat identitas kawasan. Beberapa elemen fasade yang dapat digunakan sebagai karakter pengikat adalah komponen atap bangunan, ornament, komposisi simetri, irama, geometri serta unsur warna dan material. Kata Kunci: fasade , identitas kawasan , kriteria desain ABSTRACT Building facade is an important element to communicate the function, meaning and a period of culture when the building stood. Unevenness of building façade may cause a worsening the region visual quality and the dilution of buildings identity. As the largest State University in West in Tanjungpura University is need to be considered to improve the campus area identity, which is identified as having the characteristics of Melayu building. By using typology and descriptive- analityc method, the purpose of this study was to analyze the characteristics of the existing samples building façade from each function, specifically the non-academic function of management and public academic function. From both of these characteristics, taken the guideline that can be used as the standard criteria design so that the new building can built in harmony with the existing building and can strengthen regional identity. Some elements of the façade that can be used as a guideline is a component of building roof, ornament, composition of symmetry, rhythm, geometry and the elements of color and material. Keywords: facade , regional identity , design criteria

PAGE – 2 ============
1. Pendahuluan Dalam rangka meningkatkan kualitas perguruan tinggi, Universitas Tanjungpura terus melakukan perbaikan fasilitas serta pengembangan sarana fisik berupa gedung baru. Tetapi sayangnya, gedung baru yang telah dibangun berkembang untuk kepentingan masing-masing fakultas dan mengakibatkan tidak adanya keseragaman visual dari fasade bangunan. Sedangkan bagian fasade suatu bangunan merupakan elemen penting dalam penyampaian fungsi, makna serta kebudayaan di saat bangunan itu berdiri. Sebagai sebuah institusi yang besar, hal tersebut dapat menyebabkan lunturnya identitas dan keseragaman bangunan kampus serta memburuknya kualitas visual bangunan. Untuk mencapai visi, misi serta tujuan, Untan tengah merencanakan pengembangan kawasan dan kampus dengan menambahkan lima gedung baru. Sebagai pusat pendidikan dan pusat aktivitas publik di lingkungan hutan kota, diharapkan perancangan kawasan dan gedung kampus mampu menghadirkan identitas tempat yang menjunjung tinggi nilai budaya Kalimantan Barat dan mendukung kehidupan masyarakat kota. Berdasarkan fenomena pengembangan kampus tersebut, diperlukan perencanaan yang matang sebelum menambahkan gedung baru di kawasan kampus Untan. diperlukan kajian terlebih dahulu mengenai karakteristik bangunan kawasan sebagai konsep dasar perancangan. Pendekatan untuk mengkaji karakteristik bangunan adalah dengan melakukan analisis elemen fisik karakter visual bangunan. Tinjauan visual bangunan merupakan salah satu upaya untuk memberikan arahan terhadap karakter visual pada fasade bangunan yang menunjukkan identitas kampus. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan acuan atau kriteria desain fasade dengan melakukan penelitian terhadap bangunan eksisting. 2. Bahan dan Metode 2.1. Tinjauan Pustaka Karakter visual yang baik disebabkan adanya keserasian antara bentukan- bentukan fisik yang ada dalam suatu kawasan, berkaitan dengan hubungan yang terjadi antara elemen dalam suatu lingkungan (Shirvani:1985). Menurut Shirvani, elemen fisik pembentuk karakter visual bangunan terdiri dari ketinggian bangunan, style bangunan, material, tekstur, warna dan signage . Menurut Ching (1979), komponen fasade bangunan terdiri dari pintu masuk, zona lantai dasar, jendela, pagar pembatas, atap bangunan, signage serta ornamen, sedangkan komposisi dari fasade bangunan meliputi geometri, simetri, ritme, kontras, skala dan proporsi. Landasan teori dari fasade bangunan digunakan sebagai acuan untuk mencari variabel penelitian. Variabel penelitian yang akan digunakan terdiri dari komponen fasade bangunan berupa entrance , bukaan, atap bangunan dan ornamen, komposisi fasade bangunan berupa geometri, simetri, ritme, skala dan proporsi serta unsur dari fasade bangunan, yaitu warna dan material bangunan. 2.2. Metode Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi untuk mendapatkan data fasade dan fungsi keseluruhan bangunan pada lokasi penelitian di kampus bagian selatan. Dari keseluruhan bangunan tersebut, identifikasi bangunan akan difokuskan pada fungsi non-akademik manajemen dan fungsi akademik umum. Penentuan sampel bangunan dari kedua fungsi tersebut selanjutnya menggunakan metode purposive

PAGE – 3 ============
sampling berdasarkan kriteria tertentu yang harus dipenuhi. Dalam menentukan kriteria sampel bangunan, dibutuhkan acuan dasar berupa sumber data sekunder dari tinjauan studi terdahulu d yang menekankan pada kontekstual bangunan kampus dengan budaya di Pontianak, Kalimantan Barat. Berdasarkan kedua sumber penetapan kriteria pemilihan sampel, maka didapat 4 aspek kriteria pemilihan sampel, yaitu aspek keistimewaan bangunan, aspek keterawatan bangunan, aspek estetika dan aspek memperkuat citra kawasan. Setelah mendapatkan bangunan sampel, selanjutnya akan dilakukan analisis data berdasarkan variabel penelitian yang telah ditentukan. Dalam menganalisis data, bidang amatan yang menjadi fokus adalah kesan visual yang didapat melalui pandangan (views ). Metode yang dilakukan untuk menganalisis data adalah dengan menggunakan metode tipologi dan deskriptif analitis, untuk selanjutnya akan terlihat karakter yang dominan dan karakter pengikat yang dapat digunakan sebagai kriteria desain fasade. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Pemilihan Sampel Bangunan Pemilihan sampel bangunan dilakukan pada populasi yang terdapat pada 9 zona pada kampus bagian selatan. Dari 8 sampel bangunan yang terpilih, masing-masing akan dikelompokkan sesuai dengan fungsi bangunannya, yaitu fungsi non-akademik manajemen dan fungsi akademik umum. Tabel 1. Fasade Bangunan Sampel Fungsi non-akademik manajemen Fungsi akademik umum No Nama Bangunan Fasade Bangunan No Nama Bangunan Fasade Bangunan 1 Gedung Fakultas MIPA 1 Gedung Fakultas Kedokteran 2 Gedung Fakultas KIP 2 Gedung Fakultas Ekonomi 3 Gedung Fakultas Hukum 3 Perpustakaan 4 Gedung Rektorat 4 Gedung Fakultas Teknik

PAGE – 4 ============
3.2 Analisis Komponen Fasade Bangunan 3.2.1 Entrance (pintu masuk) Karakter visual pintu masuk pada fungsi non-akademik manajemen didominasi oleh lokasi entrance yang berada di tengah garis sumbu simetri pada bidang fasade, bentuk yang dimajukan keluar dengan atap pelindung berbentuk atap kombinasi serta ditandai secara visual dengan adanya kolom yang menonjol dan ornamen pada atap pelindung. Pada fungsi akademik umum, karakter yang dominan adalah lokasi yang berada di tengah garis sumbu simetri bidang fasade, bentuk dimajukan keluar dengan kanopi pelindung berbentuk atap kombinasi serta ditandai dengan adanya kolom yang menonjol, kenaikan tinggi lantai dan ornamen pada atap. 3.2.2 Bukaan Karakter bukaan pada bangunan non-akademik manajemen ditandai dengan komposisi masif dan bukaan yang seimbang, bentuk bukaan yang memanjang secara horizontal, letak bukaan yang dikelompokkan pada bidang dinding dan dibatasi oleh kolom, jenis bukaan yang dominan adalah jendela hidup dengan material kusen kayu, kaca bening, railing besi serta ventilasi jalusi kayu. Karakter bukaan yang dominan terdapat pada bangunan akademik umum adalah komposisi yang seimbang antara masif dan bukaan, bentuk bukaan yang memanjang secara vertikal, letak bukaan yang dikelompokkan pada bidang dinding dan kolom. Jenis bukaan yang dominan adalah menggunakan jendela mati dengan material kusen kayu, kaca bening, railing besi serta ventilasi dengan material kaca atau jalusi kayu. Dari kedua fungsi bangunan tersebut, terdapat karakter bukaan yang sama terhadap arah hadapnya. Bukaan yang mengarah kearah barat daya, barat laut dan barat didominasi oleh jenis jendela mati dengan material yang dapat menfilter panas matahari atau jenis jendela hidup dengan penambahan sun shading . Bukaan yang menghadap pada arah sebaliknya, yaitu arah timur laut, timur dan tenggara menggunakan jenis jendela hidup dengan material kaca bening dan komposisi massif bukaan yang seimbang. 3.2.3 Atap bangunan Fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum memiliki karakter atap bangunan yang sama. Bentuk atap bangunan yang dominan adalah berbentuk perisai atau pelana yang terpatah menjadi dua kemiringan atau dikombinasi dengan bentuk atap lain. Kemiringan atap antara 30°-60° sesuai dengan bentuk atap tropis dengan kemiringan yang dominan digunakan adalah 30°. Material atap terbuat dari tanah liat dengan warna abu-abu gelap atau warna terakota. 3.2.4 Ornamen Ornament pada bangunan non-akademik manajemen dominan terletak pada dinding dibawah atap, sedangkan pada bangunan akademik umum dominan terletap pada bagian atap. Karakter dari bentuk, motif dan material ornament pada kedua fungsi memiliki ciri yang sama yaitu bentuk ornament yang mengikuti garis atap (bentuk segitiga), motif ornamen yang dominan berbentuk geometri dengan unsur garis tegas dan materia l ornamen yang terbuat dari kayu serta warna yang selaras dengan warna kusen dan atap.

PAGE – 5 ============
3.3 Analisis Komposisi Fasade Bangunan 3.3.1 Geometri Karakteristik geometri dari kedua fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum memiliki ciri yang sama yaitu tipe bidang geometri pembentuk fasade yang dominan adalah terdiri dari persegi panjang horizontal, trapesium dan segitiga sama kaki yang disusun secara vertikal dengan urutan dari bawah adalah bidang persegi panjang sebagai badan bangunan serta bidang persegi panjang, trapesium dan atau segitiga sebagai pembentuk atap. 3.3.2 Simetri Karakteristik simetri dari kedua fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum memiliki ciri yang sama yaitu garis sumbu yang terletak di tengah bidang sekaligus merupakan sumbu pencapaian. Keseimbangan simetris menunjukkan kesan formal yang sesuai dengan fungsi bangunan. 3.3.3 Irama Karakteristik irama dari kedua fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum memiliki ciri yang sama, yaitu elemen yang berulang berupa kolom, bukaan dan ornamen. Jenis perulangan yang dominan adalah perulangan bentuk dan ukuran saat mendekati garis sumbu. Pola perulangan yang dominan pada kolom dan bukaan adalah pola linier horizontal yang simetris, sedangkan pola pada ornamen adalah menggunakan pola sekuensial menurut ukuran yang menyesuaikan dengan garis atap. 3.3.4 Skala dan proporsi Perbedaan ciri karakteristik proporsi pada kedua fungsi bangunan adalah proporsi ketinggian atap dan bangunan dominan seimbang pada fungsi bangunan non- akademik manajemen, sedangkan pada fungsi akademik umum memiliki karakter yang dominan lebih besar perbandingan tinggi atap dibandingkan dengan tinggi bangunan. Hasil analisis indikator skala dan proporsi lainnya menunjukkan ciri yang sama dari kedua fungsi. Skala menyesuaikan dengan dimensi tinggi manusia rata-rata di Indonesia, dimensi pintu masuk yang dominan adalah dengan tinggi 220cm dan lebar 80-100cm. Jarak dari lantai ke plafon memiliki ketinggian antara 3.5 4m dengan jumlah lantai antara 1-2 lantai. Perbandingan panjang bangunan lebih besar dibandingkan dengan tinggi bangunan. 3.4 Analisis Unsur Fasade Bangunan 3.4.1 Warna dan material Karakter warna yang dominan pada fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum adalah penggunaan warna netral diluar lingkaran warna, yaitu warna putih, abu-abu dan krem, sedangkan beberapa bangunan menggunakan sedikit warna kontras sebagai identitas masing-masing fakultas Material bangunan yang banyak digunakan adalah penggunaan material kaca bening sebagai pengisi jendela, material kayu pada kusen, material tanah liat pada atap dan material dinding bata dengan finishing cat warna.

PAGE – 6 ============
3.5 Kriteria Desain Table 2. Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Kriteria Desain Gambar Non-akademik manajemen Akademik umum Komponen Fasade Bangunan Pintu masuk (entrance ) Lokasi pintu masuk sebaiknya berada di tengah sumbu simetri bidang fasade Pintu masuk dengan kanopi dan kolom yang menonjol Bentuk pintu masuk dimajukan keluar dan diberi atap pelindung berupa atap pelana yang terpatah menjadi 2 kemiringan Bentuk pintu masuk dimajukan keluar dan diberi atap pelindung, dapat berupa atap kombinasi Dapat ditandai secara visual dengan adanya kolom yang menonjol dan ornamen pada atap pelindung Dapat ditandai secara visual dengan adanya kolom yang menonjol, kenaikan tinggi lantai dan ornamen pada atap pelindung Bukaan memiliki komposisi yang seimbang antara masif dan bukaan. Letak bukaan dikelompokkan pada bidang dinding Sun Shading untuk bukaan yang menghadap kearah barat Bukaan memiliki bentuk dasar persegi yang memanjang secara horizontal Bukaan memiliki bentuk dasar persegi yang memanjang secara vertikal Letak bukaan dikelompokkan pada bidang dinding Menggunakan dominan jendela hidup, penggunaan material dapat menggunakan material pengganti. Menggunakan dominan jendela mati, penggunaan material dapat menggunakan material pengganti. Memberi perlakuan khusus pada bukaan yang menghadap ke arah barat laut, barat dan barat daya Atap Bangunan Penyelesaian atap dapat menggunakan bentuk pelana dengan cara dikombinasi atau dipatah menjadi 2 sudut kemiringan dengan kemiringan atap antara 30º-60º dengan dominan penggunaan 30°. Atap dipatah menjadi 2 kemiringan Atap kombinasi Material pada atap dapat menggunakan material pengganti namun warna tetap menyesuaikan dengan warna dominan yaitu abu-abu gelap Ornamen Dianjurkan menerapkan ornamen pada bangunan untuk keselarasan bangunan dengan menerapkannya pada dinding dibawah atap atau pada atap. Ornamen pada atap Ornamen terdiri dari bentuk geometri sederhana dengan unsur garis yang tegas dengan penggunaan material kayu.

PAGE – 8 ============
Melihat perkembangan kampus sampai saat ini, tidak terlihat adanya pemersatu dalam karakter visual, utamanya antara bangunan lama dan bangunan baru. Kriteria desain fasade pembentuk karakter visual yang telah dirumuskan diharapkan dapat menjadi pengikat dan pembentuk kesatuan antar bangunan. Kriteria desain fasade yang dirumuskan didasarkan pada karakteristik fasade bangunan dengan fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum. Dari kedua karakteristik tersebut, diambil karakter pengikat yang dapat dijadikan standar kriteria desain agar bangunan baru dapat dibangun selaras dengan bangunan eksisting dan dapat memperkuat identitas kawasan. Beberapa elemen fasade yang dapat digunakan sebagai karakter pengikat adalah sebagai berikut: Bentuk atap dominan bentuk perisai atau pelana yang terpatah menjadi dua kemiringan atau dikombinasi dengan bentuk lain, kemiringan atap yang dominan digunakan adalah 30° dan material atap terbuat dari tanah liat dengan warna abu- abu gelap atau terakota. Komponen ornamen dominan terletak pada dinding dibawah atap atau pada atap dengan bentuk ornamen mengikuti garis atap (bentuk segitiga). Motif ornamen yang dominan berbentuk geometri dengan unsur garis tegas dengan material ornamen terbuat dari kayu serta warna yang selaras dengan warna kusen dan atap. Komposisi simetri yang digunakan adalah keseimbangan simetris dengan garis sumbu imajiner terletak pada tengah bidang fasade, sekaligus menjadi sumbu pencapaian. Keseimbangan simetris yang digunakan dapat menunjukkan kondisi yang formal sesuai dengan fungsi bangunan sebagai perguruan tinggi. Komposisi irama pada elemen yang berulang berupa kolom, bukaan dan ornamen . Jenis perulangan yang dominan adalah perulangan bentuk dan ukuran saat mendekati garis sumbu dengan pola perulangan yang dominan pada kolom dan bukaan adalah pola linier horizontal yang simetris, sedangkan pola pada ornamen adalah pola sekuensial menurut ukuran yang menyesuaikan dengan garis atap. Komposisi geometri terdiri dari bidang geometri pembentuk fasade berupa persegi panjang horizontal, trapesium dan segitiga sama kaki yang disusun secara vertikal dengan urutan dari bawah adalah bidang persegi panjang sebagai badan bangunan serta bidang persegi panjang, trapesium dan atau segitiga sebagai pembentuk atap. Unsur warna menggunakan warna-warna netral sebagai warna dominan dan karakter pengikat antar bangunan, sedangkan warna kontras pada bangunan dapat digunakan untuk memberi identitas masing-masing fakultas. Contohnya adalah penggunaan warna merah bata untuk fakultas kedokteran, warna biru untuk fakultas teknik, warna hijau untuk fakultas pertanian, dan sebagainya. Material yang digunakan adalah material kaca bening untuk pengisi jendela, kayu pada kusen, material tanah liat pada atap dan material dinding bata dengan finishing cat warna. Daftar Pustaka Ching, F. D. K. 1994. Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan . Jakarta: Erlangga. Krier, Rob (1998) Architectural Composition, dalam versi bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Ir. Effendi Setiadharma, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ramdhoni, Muhammad Fajri & Hendi Warlika Sedo Putra. Rencana Pengembangan Fasade Bangunan Kampus Unsri Bukit Besar Palembang. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014: A_95. Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process . Van Nostrand Reinhold Company, New York.

123 KB – 8 Pages